Hai, Kawan! Apa kabar di hari Jumat ini? Tadinya aku mau menulis artikel dua hari yang lalu, tetapi sulit sekali, ya … mempertahankan konsistensi itu. Wah … salut deh sama kawan semua yang bisa menulis secara konsisten.
Kali ini, aku melawan rasa malasku untuk menulis. Setelah gogoleran atau rebahan selama dua jam sambil menyimak kelas SEO di Belajarlagi, kuberanikan diriku untuk menulis. Hehe … Kali ini aku akan menulis tentang menulis artikel. (Lho?)
Sebelumnya, kuucapkan terima kasih kepada Abu Ahnaf sebagai rekan tim 2 sesama pembelajar di Bootcamp SEO Specialization Belajarlagi karena beliaulah yang menawarkanku untuk menulis artikel tentang “menulis” ini. Sekadar informasi, beliau juga punya website pelatihan, lo! Bisa dicek, ya, Kawan.
Sebelum Memulai
Disclaimer dulu, ya … mengapa aku ini berani sekali membagikan tips menulis? Memangnya aku siapa? (Huhu, insecure.)
Jadi, aku adalah seorang editor konten di Dicoding. Oh iya, teman-teman juga bisa melihat posku di Dicoding Blog, ya. Kuperkenalkan sedikit tentang Dicoding. Jadi Dicoding adalah platform pembelajaran berbasis online yang menyediakan berbagai kelas terkhusus dalam bidang IT atau teknologi informasi.
Jika teman-teman tertarik untuk mempelajari teknologi, bisa mengunjungi Dicoding, ya! (Promosi sedikit, hehe.)
Nah, sebelum bekerja di Dicoding, aku pernah magang di cmlabs juga selama sebulan. Di sanalah pertama kali aku tahu berbagai pengetahuan dasar tentang SEO, sebelum akhirnya mendalaminya di Belajarlagi.
Beberapa artikel yang kubuat di cmlabs sampai hari ini masih berhasil menduduki peringkat 1 SERP, begitu pula dengan beberapa artikel di Dicoding. Bahkan, ada artikel yang sempat nangkring di snippet yang disediakan Google, lho!🥹 (Terharu.)
Tanpa perlu berbasa-basi lagi, langsung saja kita bahas, yuk, tentang hal yang harus diperhatikan dalam menulis artikel.
1: Menggali Ide
Bisa dibilang, ini adalah tahap paling penting dalam menulis artikel. Ya, gimana, ya? Kalau enggak ada ide, kita kan jadi enggak nulis. Betul apa betul?
Malah, penulis sering kali berlindung di balik alasan writers block ketika tidak bisa menulis. Writers block adalah kondisi ketika seorang penulis stuck dan tidak mengeluarkan ide apa pun untuk menulis sesuatu.
Sebagaimana hal yang pernah dibagikan ke teman-teman di Dicoding, aku pribadi merumuskan “penggalian” ide dalam lima cara: observasi, referensi, asumsi, modifikasi, solusi. Apa itu? Kita bahas satu per satu, ya.
Observasi
Sebagaimana artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ini bermakna meninjau secara cermat. Kawan bisa meninjau apa pun di sekitar, mulai dari rasa lapar yang spontan muncul ketika tukang bakso lewat, hingga adiknya wapres yang disoraki ketika pelantikan.
Amati dan gali keresahan yang Kawan dapatkan ketika observasi, lalu tuangkan deh, ke dalam tulisan.
Referensi
Kalau yang satu ini, biasanya cara paling jitu ketika buntu banget. Kawan tinggal tentukan kata kunci yang menjadi topik artikel, lalu cari di Google, bisa lewat all, news, atau book. Lalu baca artikel-artikel dan/atau buku-buku yang muncul.
Biasanya, kalau aku, jadi kepikiran mau nulis apa setelahnya. Oh iya, selain Google, tentu Kawan bisa pakai referensi lain. Buku teks waktu kuliah, misalnya. Atau video singkat di TikTok tentang sesuatu yang lagi tren? Cari referensi sebanyak-banyaknya, ya. Usahakan juga referensinya valid, kalau belum valid, cari tambahan yang valid.
Asumsi
Sinonimnya adalah dugaan. Nah, di sini kita menduga-duga. Menjadi cenayang atau peramal, tetapi yang menulis, hehe. Tulis aja dulu, hal yang ada di kepala Kawan-Kawan, misalnya apakah benar fufufafa itu adalah wapres …. Atau apakah benar tukang bakso yang sering lewat di depan rumah itu adalah intel …?
Dugaan apa pun yang Kawan-Kawan tulis bisa jadi artikel, lho. Minimal jadi opini, deh.
Modifikasi
Ini artinya perubahan. Mirip-mirip dengan teknik referensi, tetapi ini kita bisa “meniru” satu artikel khusus. Bisa juga sih, beberapa. Namun, jangan copy paste, ya! Kalau salin tempel, kita yang rugi sendiri nantinya. Kan, namanya juga “perubahan”. Masa plek ketiplek tulisan orang kita tiru.
Solusi
Cara ini terbilang paling canggih dan bermanfaat. Namun, kita harus peka terhadap orang lain (si cuek enggak diajak). Coba perhatikan, kira-kira masalah apa yang bisa kita cari solusinya? Kalau sudah ketemu, kita bisa bantu mereka yang memiliki masalah dengan menuliskan solusinya dalam sebuah artikel.
2: Jangan Plagiat!
Untuk tips yang satu ini, berkaitan banget dengan teknik mencari referensi serta modifikasi yang sudah kusampaikan sebelumnya. Kita jangan sampai plagiat, ya, dalam menulis artikel.
Amit-amit deh, coba Kawan bayangkan, jika kita sudah capek-capek menulis, tiba-tiba ada yang niru dengan alur yang sama. Pahit-pahitnya, tidak hanya meniru alur, malah copy paste, terus tulisannya yang terkenal, atau dia yang dapat untung. Pasti nyesek, kan?
Jangan sampai kita jadi penjahat tersebut, ya.
3: Pahami Basic SEO (Khusus Artikel Terbit di Internet)
SEO (Search engine optimization) atau optimisasi mesin pencari adalah suatu hal yang penting untuk dipelajari ketika Kawan-Kawan berniat menulis artikel di internet. Tentu, Kawan-Kawan ingin, kan, tulisan lebih dibaca oleh banyak orang?
Dengan memahami pengetahuan dasar SEO, tulisan Kawan akan lebih mudah ditemukan oleh pembaca. Sesimpel pengetahuan tentang optimasi halaman (on-page) sudah sangat membantu, lho! Jika ingin belajar SEO lebih dalam, tentu akan lebih mantap lagi. Kawan bisa belajar di Belajarlagi sepertiku, ya!
4: Buat Judul Semenarik Mungkin
Untuk yang ini, aku juga masih agak sulit sejujurnya. Bahkan, terhitung sering aku melihat-lihat artikel kompetitor dan mengubah-ubah judulnya sedikit. Padahal, kalau kata Kak Reza Putra, salah satu praktisi SEO yang pernah sharing di Dicoding, judul yang “manusiawi” itu penting untuk memikat pembaca.
Aku setuju dengan pendapat beliau soal tidak perlu selalu clickbait karena justru kadang artikel dengan judul yang clickbait itu nyebelin. Judulnya apa, isinya apa.🙂 Dan, itu juga melanggar etika, kan, sebenarnya? Kawan juga pasti kesal, kalau nemu artikel begitu.
Kita bisa buat judul yang menarik, tetapi tetap mengundang pembaca untuk datang. Kalau kata Kak Reza, kita bisa membuat judul yang berangkat dari keresahan pembaca. Misal, artikelnya tentang kulit sensitif, kita bisa membuat judul “Rekomendasi Produk untuk Kulit Sensitif, Kamu Harus Tahu!”.
5: Susun Kerangka Karangan
Dulu, aku kalau nulis tuh, seringnya spontan spontan aja (uhuy!). Namun, semenjak kenal SEO, sespontan-spontannya aku menulis, minimal nulis judul (H1) dan subjudul (H2) terlebih dahulu. Sumpah, ini tuh ngebantu banget.
Menyusun kerangka karangan atau outline bisa membantu kita agar tidak kehilangan arah dan ngalor ngidul ketika menulis artikel. Jadi, artikel kita bisa tetap fokus menyajikan informasi terpusat pada satu topik untuk pembaca. Ingat, kurangi oversharing!😆
6: Ciptakan Paragraf Teras yang Memikat
Ada yang tahu tentang paragraf teras? Paragraf teras adalah lead dalam sebuah artikel berupa paragraf pertama. Teknik ini pun biasa dipakai dalam penulisan jurnalistik, yakni cara agar pembaca tertarik dalam satu menit pertama.
Kalau misalnya artikel kita tidak menarik atau dirasa tidak berguna dalam beberapa detik pertama, siap-siap, deh, pembaca akan close tab atau beralih ke artikel lain. Jika kasusnya mengirim artikel ke koran, siap-siap ditolak. Jika kasusnya memberi tulisan ke atasan, siap-siap direvisi.👀
7: Baca Lagi Artikel
Akhirnya! Sampai juga pada hal terakhir dalam artikel ini. Namun, ini tak kalah penting, ya. Baca lagi artikel ketika selesai ditulis. Bertindaklah sebagai editor untuk dirimu sendiri, kalau kata Bambang Trim (editor terkemuka di Indonesia) seperti itu.
Dengan membaca artikel kembali, Kawan bisa menemukan titik lemah dan memperbaikinya saat itu juga, atau di kemudian hari jika tidak sempat. Ini juga bisa meningkatkan skill membaca secara komprehensif serta menulis artikel.
Oke, itu dia beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menulis artikel. Jangan-jangan, tanpa sadar Kawan sudah menerapkan satu atau beberapa di antaranya? Yuk, berbagi di kolom komentar!😊
Tinggalkan Balasan